Thursday, November 1, 2018

contoh dan Kisah pengusaha sukses


3 contoh pengusaha sukses

Fauziah dengan Kain Songket Terkeren

Berkat konsistensinya memajukan kain tradisional, songket, Fauziah mendapat suatu binaan dari PT PLN (Persero). Menurutnya, dia mendapatkan modular dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar Rp21 juta. "Nah itu saya manfaatkan agar industri rumahan tersebut bisa berkembang lebih pesat lagi," jelas dia.

Dengan pembinaan dari PLN, dia membanderol kain songket buatannya yang berkisar Rp1 juta hingga Rp4 juta. Menurutnya, penjualan kain songket cukup menjanjkan. Dia play on words dapat menjual tidak kurang 40 potong kain songket per bulannya. Sehingga laba hasil usahanya dapat mencapai Rp100 juta per bulan.

"Tapi kalau lagi ramai sekali, sebulan bisa mencapai 40 potong. Kalau lagi biasa saja, mungkin 20 potong sampai 30 potong saja," paparnya.
Kualitas itu Penting
Cara pemasaran kain songket play on words tidak dilakukan dengan biaya mahal. Dia menuturkan, kain songket buatannya cukup dikenal berkat pelanggan-pelanggannya yang puas akan hasil karyanya. "Orang-orang tahu bisnis saya dari mulut ke mulut. Nah, kalau kualitasnya tidak bagus, nanti orang tidak mau balik ke sini lagi dong," katanya.

Fauziah mengatakan, guna menjaga kepercayaan pelanggan, maka kulitas kain songket buatannya selalu dijaga. Menurutnya, hal tersebut cukup ampuh untuk menyiasati persaingan usaha sejenis yang tentunya cukup banyak di Palembang. "Kalau dibanding dulu, lebih maju sekarang (industri rumahan kain songket). Pokoknya kita strateginya, kualitas kainnya supaya tetap terbaik," jelas dia.

Selain itu, dia kerap melakukan pelatihan kepada 15 orang pegawainya, untuk dapat membuat kain songket tersebut dengan baik. Ini dilakukan agar kualitas kain songketnya tetap terjaga. Selain itu, guna menjaga persaingan dengan produk serupa, dia tidak mematok harga kain terlalu tinggi. Baginya asalkan kain songketnya banyak laku terjual, itu sudah cukup baginya.

"Kalau saya prinsipnya tidak mau jual terlalu mahal. Standar saja, yang penting banyak terjualnya, tapi kualitasnya harus dijaga juga," jelas dia.
Dia menambahkan, guna menarik banyak pemasukan, maka dia juga mempunyai pekerjaan sampingan yang masih berhubungan dengan kain songket. Ibu dua anak yang berdomisili di Palembang ini, menyiasati usaha kain songketnya dengan jasa menjahit baju dari kain songket yang dijualnya.

Pasalnya, tidak jarang pelanggan memintanya untuk membuatkan baju berbahan kain songket tersebut. Menurut dia, keindahan kain songket yang begitu mempesona membuat banyak orang ingin memiliki baju yang berbahan kain tradisional asal Sumatera tersebut. Fauziah menjelaskan, setelah merintis usaha industri rumahan tersebut selama 30 tahun tersebut, maka penjualan kain songket tidak lagi dipusatkan di daerah Palembang.

Meski kain songket buatannya belum beredar di luar negeri, namun dia senang orang di berbagai penjuru di Indonesia dapat merasakan hasl karyanya. "Kita hanya kirim untuk ke Jakarta, sama Medan. Tapi withering banyak ke Jakarta," katanya.


H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds

Sejak tahun 1998, KOMAR memulai usaha batik dengan jumlah karyawan 3 orang. Pada awalnya showrrom batik KOMAR menempati ruko milik dosen Marketing UNPAD DR Dwi Kartini di daerah Setrasari Mall selama kurang lebih 2 tahun. Kemudian tahun ke 3 pindah tempat di Jl. RE Martadinata dengan sistem membayar 10 % dari total penjualan per bulan di Kedai Tempo Doeloe, selama 1 tahun. Tahun ke-3 baru mulai sewa ruko di jalan RE Martadinata 34 dengan masa sewa 3 tahun. Tiap tahun usaha mengalami kemajuan hingga bisa menambah beberapa pekerja baru yang mempunyai keahlian serta kemampuan yang sesuai dengan bidangnya. Jumlah karyawan hingga saat sekarang sudah mencapai 225 orang, yang tersebar di 2 kota, yaitu Bandung dan Cirebon.

Tahun 2003 batik Komar bisa membeli tempat sendiri di Jl. Sumbawa 22 Bandung. Sejak saat itu hingga sekarang lokasi tersebut dijadikan pusat penjualan dan sebagai kantor untuk kegiatan administrasi usaha.

Dalam pengembangan desain-desain batik, pembelian bahan baku serta pendistribusian produk batik-batik yang sudah jadi dipusatkan di kota Bandung. Sedangkan untuk proses pewarnaan di pusatkan di Cirebon. Hal ini dikarenakan pada proses pewarnaan dan finishing produk lebih banyak membutuhkan tenaga kerja wanita, sehingga Cirebon lebih cocok dengan jumlah sumber daya manusia yang tersedia serta upah kerja yang lebih rendah bilamana dibandingkan dengan kota Bandung.

Dipilihnya kota Bandung sebagai pusat pengembangan desain, dikarenakan Bandung merupakan salah satu pusat mode (Paris van Java), lebih dekat dan lebih mudah untuk akses ke Jakarta, banyak institusi pendidikan dan perguruan tinggi seni, banyak seniman yang mempunyai reputasi nasional dan internasional dan masih banyak lagi hal positif yang dapat dijadikan alasan Bandung adalah kota yang tepat untuk menjalankan usaha batik khususnya batik KOMAR. 

Batik Komar selalu berusaha menampilkan desain-desain terbaru hasil penggalian ide-ide yang kreatif. Karya batik tradisional yang hadir dalam nuansa kontemporer dengan tema desain yang sederhana menjelma menjadi sebuah karya batik dengan sentuhan estetika yang patut dibanggakan. Keindahan seni Batik Komar hasil olah kreativitas seniman batik yang mampu memadukan aneka warna dan ragam hias menjadi harmonis dengan teknik batik yang halus ditunjang dengan bahan sutera tenun pilihan. Batik Komar berusaha mengkomunikasikan antara seniman batik dengan pecinta batik melalui karya batik yang unik, modern, model terkini, sehingga tidak sekedar memberikan kebanggaan bagi pemakainya tapi juga prestise dan berkelas.

Valkrisda Caresti

Valkrisda Caresti Botha yang saat itu sekitar tahun 2012 masih duduk di bangku SMA, sudah mulai merintis bisnis scrapbook ini. Tentu ia memulainya dengan skala yang masih kecil, karena memang ia bisa mengerjakannya untuk mengisi waktu setelah aktifitas sekolah selesai.

Awal mula ia membuat kerajinan dari bahan kain atau kertas ini adalah bermula ketika ia mempunyai hobi memberikan kado sesuatu yang unik kepada temannya, entah ketika ulang tahun maupun hari spesial yang lain. Ia memiliki keyakinan bahwa pemberian dari buatan tangan sendiri tentu akan lebih memiliki kesan spesial bagi yang diberinya.

Yang pada awalnya Valkrisda Caresti menolak menjadikan hobinya sebagai sebuah bisnis, lama kelamaan ia menyadari bahwa ketika hobinya dijadikan sebuah bisnis maka ia akan memiliki kesempatan lebih luas untuk membantu orang lain melalui karyanya. Dengan karya yang ia buat, tentu secara tidak langsung ia bisa membuat orang lain senang. Dari kesadaran ini, kemudian ia memutuskan untuk mulai menekuni scrapbook sebagai sebuah bisnis.

Setelah memutuskan untuk fokus pada bisnis handicraft, kemudian ia membawa brand yang bernama Syawnscrap. Nama Syawnscrap menurutnya mempunyai sebuah filosofi tersendiri. Menurut Valkrisda, Syawnscrap itu dari kata Syawnlight, dimana syawn memiliki arti suara perempuan terbang, dan light adalah sinar.

Dari beberapa arti kata tersebut, jika dirangkaikan maka Syawnlight memiliki arti perempuan yang bersinar terbang untuk mencapai cita-citanya. Nah, karena bisnis Valkrisda ini mempunyai beberapa jenis, salah satunya di bidang scrap, jadi suku kata belakangnya diganti Syawnscrap.




No comments:

Post a Comment