Broken
home biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat
orang tua kita tak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah.
Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah,
sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan kita di masyarakat. Namun, broken
home bisa juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak
berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering
terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir
pada perceraian dan akan sangat berdampak kepada anak-anaknya khususnya remaja.
Oleh karena itu perlunya pengetahuan tentang broken home. Dan pada makalah ini
penulis akan membahas masalah keluarga broken home serta apa saja yang
berkaitan dengan masalah keluarga broken home.
1.
Pengertian
Broken Home
Arti broken home dalam bahasa
Indonesia adalah perpecahan dalam keluarga. Broken home dapat juga diartikan
dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya
keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta
perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian.
Istilah
“Broken Home” biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak
harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat
sering terjadi konflik yang menyebabkan pada pertengkaran yang bahkan dapat
berujung pada perceraian. Hal iniakan berdampak besar terhadap suasana rumah
yang tidak lagi kondusif, orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya
sehingga berdampak pada perkembangan anak khususnya anak remaja. Orang tua
adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama pada perkembangan
psikis dan emosi, orang tua adalah pembentukan karakter yang terdekat. Jika
remaja diharapkan pada kondisi “broken home” dimana orang tua mereka tidak lagi
menjadi panutan bagi dirinya maka akan berdampak besar pada perkembangan
dirinya. Dampak psikis yang dialami oleh remaja yang mengalami broken home,
remaja menjadi lebih pendiam, pemalu, bahkan despresi berkepanjangan. Faktor
lingkungan tempat remaja bergaul adalah sarana lain jika orang tua sudah sibuk
dengan urusannya sendiri. Jika remaja berada di lingkungan pergaulan yang
negatif, karena keadaannya labil maka tidak menutup kemungkinan remaja akan
tercebur dalam lembah pergaulan yang tidak baik.
Broken
Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari
orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan
susah diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar
hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk
berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah
mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu
berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka Cuma ingin cari
simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Untuk menyikapi
hal semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan pengerahan yang lebih agar
mereka sadar dan mau berprestasi.
Penyebab Broken Home
Pada umumnya penyebab utama broken
home ini adalah kesibukkan kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga
seperti hal ayah laki – laki bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Hal inilah
yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan
aktifitas sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri,
dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan
berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul
dengan teman – teman nya yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh
bagi perkembangan mental anak. Maka dari itu mereka berusaha untuk
mendapatkan perhatian dari orang lain. Tetapi sayang, sebagian dari mereka
melakukan cara yang salah misalnya : mencari perhatian guru dengan bertindak brutal
di dalam kelas, bertindak aneh agar mendapat perhatian orang lain, dll.
Penyebab timbulnya keluarga yang
broken home antara lain:
a. Orang tua yang bercerai
Perceraian
menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai
oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah
goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis.
Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama
makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa
sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan situas
keterasingan dan keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya
sendiri. jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa
serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi.
b. Kebudayaan bisu dalam keluarga
Kebudayaan
bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga.
Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam
komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut
tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang
tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara
saja. Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi
dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan
kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi
atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak
mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih
baik berdiam diri saja.
Situasi
kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi
yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat
berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya,
karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih
mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam
kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan
kesenangan materiil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat
digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti
melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.
c. Perang dingin dalam keluarga
Dapat
dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab
dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa
perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat
disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri,
sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri.
d. Adanya Masalah Ekonomi
Adanya Masalah Ekonomi Dalam suatu keluarga mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal
diluar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas,
hanya dapat memberikan makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau.
Karena suami tidak sanggup memenuhi tuntutan istri dan anak-anaknya akan
kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka timbullah pertengkaran
suami-istri yang sering menjurus kearah perceraian.
e. Adanya Masalah Pendidikan
Adanya Masalah Pendidikan Masalah pendidikan sering
menjadi penyebab terjadinya brokenhome. Jika pendidikan agak lumayan pada suami
istri maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka.
Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami
lika-liku keluarga. Karena itu sering salah menyalahkan bila terjadi persoalan
dikeluarga. Akibatnya selalu terjadi pertengkaran yang mungkin akan menimbulkan
perceraian. Jika pendidikan agama ada atau lumayan mungkin sekali kelemahan
dibanding pendidikan akan diatasi. Artinya suami istri akan dapat mengekang
nafsu masing-masing sehingga pertengkaran dapat dihindari.
2.
Dampak
Broken Home Pada Perkembangan Remaja
Perkembangan
Emosi Emosi Merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang
dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Perceraian adalah suatu hal yang
harus dihindari, agar emosi anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah
suatu penderitaan atau pengalaman tramatis bagi anak. Adapun dampak pandangan
keluarga broken home terhadap perkembangan emosi remaja. Perceraian orang tua
membuat tempramen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam
perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas (menjadi agresif)
yang ingin mencari perhatian orang tua / orang lain. Mencari jati diri dalam
suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi. Peristiwa perceraianØ
itu menimbulkan ketidakstabilan emosi. KetidakberartianØ
pada diri remaja akan mudah timbul, sehingga dalam menjalani kehidupan remaja
merasa bahwa dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini. Ø
Remaja yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua, emosi marahnya akan
mudah terpancing.
Perkembangan
Sosial Remaja Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan seseorang
berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat. Dampak keluarga
Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja adalah: Ø
Perceraian orang tua menyebabkan ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan dan
kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi takut untuk keluar dan bergaul
dengan teman- teman. Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan.Ø
Anak yang dibesarkan dikeluarga pincang, cenderung sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungan, kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut.
Dampak bagiØ remaja putri yang tidak mempunyai
ayah berperilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka
sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif,
agresif dan genit.
Cara Mengatasi Kelurga Yang Broken
Home
ada beberapa cara ampuh untuk
mengatasi situasi seperti itu.
Hadapi semuanya dengan sikap positif. Tidaklah semua yang terjadi itu merupakan hal buruk meskipun itu sesuatu yang berdampak negatif ke kita. Kita harus mencoba menerima keadaan dan berusaha tegar. Hal ini akan membantu kita mengatasi masalah tersebut.
Hadapi semuanya dengan sikap positif. Tidaklah semua yang terjadi itu merupakan hal buruk meskipun itu sesuatu yang berdampak negatif ke kita. Kita harus mencoba menerima keadaan dan berusaha tegar. Hal ini akan membantu kita mengatasi masalah tersebut.
1. Berpikir positif
Peristiwa yang kita alami kita lihat
dari sisi positifnya. Karena di balik semua masalah pasti ada hikmah yang dapat
kita petik. Jadikan itu semua sebagai proses pembelajaran bagi kita sebagai
remaja menuju tahap kedewasaan. Jauhkan segala pikiran buruk yang bisa
menjerumuskan kita ke jurang kehancuran, seperti memakai narkoba, minum-minuman
keras, malah sampai mencoba untuk bunuh diri.
2. Jangan terjebak dengan situasi dan kondisi
Yang jelas, kita enggak boleh
terjebak dengan situasi dan menghakimi orangtua atau diri sendiri atas apa yang
terjadi serta marah dengan keadaan ini. Alangkah baiknya apabila kita bisa
memulai untuk menerima itu semua dan mencoba menjadi lebih baik. Keterpurukan
bukanlah jalan keluar. Sebaiknya sih kita bisa tegar dan mencoba bangkit untuk
menghadapi cobaan ini. Tetap berusaha itu kuncinya.
3. Mencoba hal-hal baru
Tidak ada salahnya kita mencoba
sesuatu yang baru, asal bersifat positif dan dapat membentuk karakter positif
di dalam diri kita. Contohnya, mencoba hobi baru, seperti olahraga ekstrem
(hiking, rafting, skating atau olahraga alam) yang dapat membuat kita bisa
lebih fresh (segar) dan melupakan hal-hal yang buruk.
4. Cari tempat untuk berbagi
Kita enggak sendirian lho, karena
manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain.
Mencari tempat yang tepat untuk berbagi adalah solusi yang cukup baik buat
kita, contohnya teman, sahabat, pacar, atau mungkin juga saudara. Ya… usahakan
tempat kita berbagi itu adalah orang yang dapat dipercaya dan kita bisa enjoy
berkeluh kesah dengan dia.
Beberapa hal di atas dapat dijadikan
acuan buat kita karena sebenarnya semua permasalahan itu ada solusinya.
No comments:
Post a Comment